Pernikahan bukanlah hanya sekedar sarana untuk membebaskan diri dari kesendirian, bahkan ia adalah sarana untuk mencapai kesehatian, kebersamaan, dan kesatuan naluri.

Sebetulnya, apa rahasia dibalik poligami Rasulullah saw? para ahli sejarah menulis, minimal ia memiliki 11 istri. Mereka adalah Khadijah, Saudah, Aisyah, Hafshah, Zainab binti Khuzaimah, Ummu Habibah, Ummu Salamah, Zainab binti Jahsy, Jawairiyah, dan Maimunah.

Meskipun usianya sudah mencapai 50 tahun, Nabi tidak mencukupkan diri denga istri pertamanya, Khadijah. Dan kecintaan ini tampak semakin merajalela di akhir usianya. Ia tidak pernah menutup-nutupi kecintaannya kepada wanita. Karena, ia sendiri pernah berkata,"Dari dunia kalian ini aku mencintai tiga hal: minyak wangi, wanita, dan cahaya mataku, salat".

Muhammad tidak pernah memandang usia wanita yang hendak diambil menjadi istrinya. Karena, ia telah menikah dengan Aisyah yang masih berusia sepuluh tahun dan juga dengan Maimunah yang sudah berumur 50 tahun. Kecintaannya kepada wanita sudah sangat keterlaluan sehingga suatu hari ia memandang istri Zaid, anak angkatnya dan rasa cinta kepadanya merekah di hatinya. Oleh karena itu, Zaid menceraikan istrinya supaya dapat menikah dengannya. <strong>Betulkah semua hal itu?</strong> Silahkan temukan jawabannya dalam buku ini.

&nbsp;

Author

Editor

Interpreter

Common title

Number of volumes

Persian Title

Publish location

Publication year

Publish number

Publisher

Qr Code

Sect

Scholar

ISBN

Source

Translated

Is this post suggested?

Rate

View

Votes

KIsah Pernikahan Rasul SAW dan Ahlulbaitnya

Buku ini berisi kumpulan nasihat, pesan dan ceramah Imam Khomeini kepada berbagai lapisan masyarakat. Di dalamnya, beliau memberikan penjelasan yang indah, mengesankan, dan penuh makna tentang aspek-aspek kewanitaan dalam Islam: mulai dari pengenalan-pengenalan wanita-wanita Islam teladan dan terkemuka, yaitu Fatimah az-Zahra, Khadijah al-Kubra dan Sayidah Maryam, kedudukan wanita dan hak-haknya dalam Islam, peranan wanita dan keluarga dalam pendidikan anak, peranan wanita dalam kemenangan kebangkitan Islam, peranan wanita dalam jihad, hingga pembelaan beliau terhadap isu-isu negatif yang sering dihembuskan, seperti emansipasi, kesetaraan gender dan persamaan hak.

&nbsp;

Kedudukan Wanita dalam Pandangan Imam Khomeini

Islam adalah ajaran yang benar, dan umatnya pun mengimaninya, namun sedikit sekali di antara mereka yang memiliki pemahaman yang benar dan menyeluruh tentang Islam. Tak pelak, kaum Muslim harus melakukan "syahadat kedua", yakni memahami apa yang mereka imani.

Buku ini semata-mata refleksi dari cahaya Islam yang cemerlang, yang berusaha untuk menerangi umat dan mengungkap sedikit dari khazanah Islam atau memantulkan cahayanya untuk menghadapi gelombang pemikiran dan peristiwa yang menerpa umat. Buku ini merupakan gerakan pemikiran yang komprehensif yang mengajak kaum reformis dan para pemimpin Islam untuk berusaha mewujudkan, mengembangkan, serta menyebarkan ide-ide yang terkandung di dalamnya, sehingga umat mengetahui jalannya yang lurus dan memahami bagaimana membuka dunia dengan kunci yang telah mereka abaikan sekian lama.

Syahadat Kedua, Ketika Keimanan Saja Tak Cukup

Masyarakat dunia ini menyaksikan dua gelombang besar gejolak dunia. Di dunia Barat (Amerika dan Eropa) kita saksikan krisisekonomi, negara gagal membayar hutangnya dan ambruknya bank-bank besar penopang sistem ekonomi mereka. Di Dunia Islam wilayah Timur Tengah (Tunisia, Mesir, Yaman, Suriah, Libya) kita saksikan gelombang besar rakyat menumbangkan kekuasaan hipokrit yang merawat kekuasaannya dengan aset-aset ekonomi yang melimpah dan dukungan politik internasional dari dunia Barat yang juga sekarang mengalami krisis ekonomi.

Gelombang krisis ekonomi Barat dan gejolak sosial politik di dunia Arab-Islam berdampak besar pada bentuk relasi baru anrata dunia Islam dan dunia Barat. Sejak terbangun indepedensi dan otonomi, jargon Islam dan demokrasi menemukan momentumnya ketika dunia Barat kekuatan modal dan industrinya(kapitalisme) sudah mulai minim kemampuan menopang demokrasi (demokrasi ekonomi dan demokrasi politik).

Ayatullah Muhammad Baqir Ash-Shadr, yang mendorong renaisans di dunia Islam era 1970-an dengan kerangka pemikiran dan gerakan, telah memetakan akhir dari pemikiran Barat, seperti pada pengantar panjangnya tentang mazhab ekonomi besar versus Islam di buku: Problematika Sosial Dunia Modern (edisi Indonesia, 2011, Rausyan Fikr). Basis ekonomi yang positivistik dan scientific di Barat ternyata gagal memetakan kerangka sosial yang berbasis pada tuntunan etik dan spiritualitas yang dinamis dan tidak bertumpu semata-mata pada neraca yang materialistik.

INILAH GELOMBANG FITRAH, bahasa kemanusiaan sejati yang berhasil dipertemukan Baqir Shadr dengan sebuah konsep pengetahuan, pandanagn dunia, dan ideologi. Inilah kebangkitan agama dalam pengertian yang luas (kemanusiaan universal).

Buku RISALATUNA ini akan menjadi kerangka pemikirian kebudayaan Islam dalam memahami realitas sosialnya. Risalah dalam buku ini meneropong Islam dan ideologi melalui bahasa pengetahuan yang merelasikan akal dan wahyu sebagai basis filsafat sosialnya. Silogismenya adalah budaya masyarakat yang lahir dari intelektualitas. Gejolak ekonomi Barat dan gelombang perlawanan di dunia Islam adalah keharusan dari keracunan budaya berpikir materialistik.

Buku ini adalah sebuah optimisme kebangkitan agama melalui silogisme kebudayaan tersebut.

Risalatuna: Pesan Kebangkitan Umat

KEkuatan apa yang dapat meredam kekuatan gejolak hawa nafsu yang demikian dahsyat? Apa motivasi yang mendorong seseorang untuk tidak memenuhi bisikan jahat setan? Apa gerangan yang dapat mengendalikan naluri manusia? Apakah karena adanya hukum, ilmu, dan kontrol sosial? Tidak. Sesungguhnya kekuatan satu-satunya yang paling berpengaruh dalam mengontrol gejolak kecendrungan alamiah manusia dalah keimanan emosional: keimanan yang mengakar dan meresap dalam hati, keimanan yang menjadikan seorang mukmin selalu merasa diawasi oleh Allah Swt, keimanan yang membuat seorang mukmin sadar bahwa ketika ia berbuat kebaikan maka surga ada di depannya dan ketika ia berbuat keburukan maka neraka menunggunya.

Penulis, Ustadz Mazhahiri, secara gamblang menggambarkan pengaruh-pengaruh gejolak alami dari kehidupan sehari-hari, bahaya-bahaya yang ditimbulkannya, hingga cara mengatasinya dengan jitu. Tema yang menarik ini disampaikan dengan bahasa yang mudah dicerna oleh semua kalangan. Buku ini pun sarat edngan kisah-kisah teladan dari kehidupan para sahabat Nabi Saw dan para ulama yang sudah tentu akan menebarkan butiran hikmah bagi pembaca.

Mengendalikan Naluri

Muslim, dianjurkan untuk memuliakan dan menghormati para ahlul bait atau keturunan Rasulullah SAW. Ahlul bait merupakan keturunan suci Rasulullah SAW yang memiliki ikatan nasab, mereka adalah keturunan Fathimah sampai hari kiamat.

Demikian yang dijelaskan Imam Nawawi dalam Syarh Al-Muhadzdzab. Anjuran untuk menghormati ahlul bait ini termaktub dalam Alquran; Allah SWT berfirman:  ذٰلِكَ الَّذِيْ يُبَشِّرُ اللّٰهُ عِبَادَهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۗ قُلْ لَّآ اَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا اِلَّا الْمَوَدَّةَ فِى الْقُرْبٰىۗ وَمَنْ يَّقْتَرِفْ حَسَنَةً نَّزِدْ لَهٗ فِيْهَا حُسْنًا ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ Artinya: Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Katakanlah, "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS. Asy-Syura: 23)

Sehubungan dengan tafsir ayat tersebut, Abdullah ibnu Abbas radhiallahu anhu menyatakan memang tidak diingkari adanya wasiat (anjuran) serta perintah untuk memperlakukan ahli bait dengan perlakuan yang baik dan menghormati serta memuliakan mereka (ahlul bait).

Karena sesungguhnya mereka berasal dari keturunan yang suci dari ahli bait yang paling mulia di muka bumi ini dipandang dari segi keturunan, kedudukan, dan kebanggaannya. Terlebih lagi bila mereka benar-benar mengikuti sunnah nabi yang sahih, jelas, dan gamblang; seperti yang telah dilakukan oleh para pendahulu mereka, misalnya Al-Abbas dan kedua putranya, Ali dan ahli bait serta keturunannya. Semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka.

Buku ini membabar tentang mencintai keluarga Nabi SAW ( Ahlul Bait Rasulullah Muhammad SAW ) adalah kemestian dalam agama yang secara doktrinal sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran - Hadits, siapakah Ahlul Bait, & apa keutamaan Ahlul Bait Nabi SAW.

Mengapa Kita Mesti Mencintai Keluarga Nabi Saw

Buku ini merupakan kumpulan ceramah yang disampaikan dalam bulan suci Ramadhan oleh Ustadz Husain Mazhahiri, seorang ulama Ja'fari terkenal dan guru besar dalam bidang akhlak dan irfan. Dalam buku ini, beliau mencoba menelusuri segala makna dan kandungan jihad dari segi akhlak sehari-hari. Beliau berusaha memaparkan sikap dan perilaku apa saja yang sepatutnya dilakukan oleh para mujahid, naik mujahidin yang sedang berada di medan pertempuran maupun yang tidak berada di sana. Beliau menekankan bahwa betapa seorang mujahid mesti benar-benar mengerti esensi perjuangan mereka, hingga segala amal dan pengorbanan mereka tidaklah sia-sia.

Kemudian, yang paling pentimg lagi dari buku ini, beliau menerangkan arti dari kekalahan dan kemenangan yang hakiki, yang tersembunyi di balik segala perjuangan kehidupan lita.

Akhirnya, tidak berlebihan jika buku ini sangat ideal untuk dikonsumsi bukan saja oleh kalangan mujahidin di front, namun cukup memadai jika buku ini kita jadikan sandaran dalam membina dan menguatkan rohani, sehingga dapat memberikan kontribusi wawasan yang kita butuhkan dalam mengarungi bahtera kehidupan yang sarat dengan segala cobaan dan rintangan.

Menelusuri Makna Jihad: Dari Sudut Pandang Akhlak sampai Sufistik

Born

Death

Muhammad Abdul Qadir Al-Kaff

Muhammad Abdul Qadir Al-Kaff

Author Books